Bijak di Masa Sulit

"Ada pelajaran yang dapat diambil dari situasi yang baik dan buruk." 
-- Willa Cather, penulis, 1873-1947

KEJADIAN menarik terjadi pada hari Kamis, 17 April lalu. Sebanyak 
100-an karyawan di bagian giling sebuah perusahaan rokok mengalami 
kerasukan roh halus atau yang lazim kita kenal dengan istilah 
kesurupan. Bukan hanya sunatan atau kawin saja yang massal, tetapi 
juga dapat terjadi dalam hal begini. Seram deh pokoknya. Mereka 
menjerit-jerit, bergumam, eh, ada juga yang kejet-kejet sambil mata 
melotot, iih, dan akhirnya kebanyakan dari mereka pingsan secara 
massal. Pihak perusahaan sudah pasti panik dan ingin tahu apa yang 
sebenarnya terjadi. Manajer Hubungan Industrial perusahaan tersebut 
melakukan investigasi kecil-kecilan. Setelah bertanya kepada 
beberapa korban yang mengalami pingsan itu, tentu setelah roh 
halusnya kabur, pejabat perusahaan itu mendapat keterangan, beberapa 
korban kedatangan roh itu karena pikiran mereka tengah kosong. Tanya 
kenapa? Duh, ternyata beban hidup yang mereka alami benar-benar 
bikin mereka senewen. Otak dan hati tak lagi sinkron. Hati sih ingin 
tenang bin tenteram, tapi otak mereka cenut-cenut luar biasa. Harga 
sembilan barang pokok alias sembako terbang ke angkasa, sedangkan 
penghasilan mereka semakin terperosok ke dalam tanah. 

Rupanya butiran beras, bau minyak tanah yang tak lagi terendus, dan 
tekanan hidup lainnya terbawa hingga ke tempat kerja. Mereka pun 
bengong. Nah, teori sederhananya, di kala bengong, biasanya roh halus 
yang nongol di film horor, ikut nimbrung di tubuh mereka. Alhasil, 
ya itu tadi, mereka pun kesurupan massal. Waduh, ini sih luar biasa 
mengejutkan. Dunia makin maju, kok roh halus makin perkasa saja. 
Kata orang memang, hidup ini makin berat. Kalau kurang percaya, 
cerita berikut bolehlah disimak.

Kisah ini datang dari mulut seorang teman, sambil menyalakan rokok 
kreteknya, dia berkeluh kesah. "Hidup makin sulit," katanya. Menurut 
pengakuannya, untuk mengurangi biaya pengeluaran, ia harus berhemat 
di sana-sini. Persis seperti yang terjadi sepuluh tahun silam, 
ketika krisis ekonomi melanda negeri ini. Kini dia tidak lagi 
berlangganan koran. Untuk mengikuti berita, dia cukup menonton 
televisi atau browsing internet di kantor. Makan? Dia ganti jenis 
beras yang harganya lebih murah dengan tidak mengurangi mutu. Makan 
di luar pun sudah dikurangi. Tapi anehnya, dia sama sekali tak 
mengurangi jatah membeli rokoknya. "Kalau ini lain, untuk mengurangi 
stres," katanya sambil mengisap rokoknya dalam-dalam. 

Situasi saat ini memang tak lagi bersahabat. Banyak sebabnya. Di 
tingkat global misalnya, lihatlah harga minyak dunia makin 
membubung tinggi. Pada 18 April lalu, untuk pertama kalinya, harga 
minyak menembus angka US$117 per barel. Juga terjadi kenaikan harga 
beberapa komoditas pangan di pasaran dunia, terutama beras. Di dalam 
negeri pun sami mawon pada bae keadaannya. Tingginya angka inflasi 
untuk Maret 2008, berada pada level 0,95%, inflasi year on year 
8,71%, sementara itu Pemerintah menargetkan inflasi 2008 tidak lebih 
dari 6,5%. Langkanya minyak tanah dan elpiji membuat pusing kepala 
para ibu-ibu. Kalau pun ada, harus antre panjang dan harganya sudah 
tinggi.

Lantas bagaimana menyiasati keadaan hidup ini? Tentu bukan dengan 
merokok seperti sang teman atau banyak bengong kalau tidak mau 
kesurupan. Sebenarnya hanyalah akal sehat kunci semuanya. Kiat 
berikut ini sama sekali bukanlah hal yang baru, dalam hidup sehari-
hari kita sudah mafhum. Barangkali bolehlah untuk menyegarkan 
kembali ingatan kita. 

Ini yang primer, kita harus bisa membedakan dahulu antara keinginan 
(want) dan kebutuhan (need). Lantas di mana letak bedanya? Ah, ini 
sih sudah jelas bedanya. Makan adalah kebutuhan. Tapi makan enak 
dengan harga mahal itu adalah keinginan. Jadi, kalau uang di kantong 
tinggal selembar, pilihlah makanan yang bikin kenyang dan padat 
gizi, meski memang tidak terlalu memanjakan lidah. Paling tidak, 
aman bagi tubuh, alias tidak murcret, murah tapi mencret. Itu syarat 
minimal. Dalam skala kebutuhan yang lain, di luar primer, alangkah 
baiknya juga berlaku demikian. Di antara kita pastilah ada yang 
mengutang atau mengangsur. Nah, kalau yang ini, sebaiknya susun 
kembali cash flow dan forecast sederhana, yang memperkirakan arus 
uang masuk dan arus uang keluar. Nah, berikutnya tinggal mengatur 
langkah konkret seperti ini. 

Buatlah Skala Prioritas Kebutuhan
Kita harus dapat membuat skala prioritas kebutuhan harian, bulanan, 
dua bulanan dan seterusnya. Dengan hal ini, kita tentunya mengetahui 
kebutuhan apa saja secara rutin dan berkala yang harus dipenuhi.

Membatasi Pembelian dengan Angsuran
Pikir-pikir lagi apakah barang yang akan kita beli dengan mengangsur 
itu benar-benar kita butuhkan? 

Cegahlah Menggaruk yang Gatal 
Ini hanya istilah dari `impulse buying', saat lihat langsung beli. 
Sering kali, setiap kali ketika kita ke pasar swalayan, kita membeli 
barang-barang di luar kebutuhan yang sudah ada di benak kita sebelum 
kita berangkat ke pasar swalayan. Ada baiknya, Anda membuat daftar 
kebutuhan apa saja yang memang benar-benar diperlukan dan harus 
dibeli. Dan ingat, Anda harus konsisten dengan daftar tersebut!

Tidak Terpengaruh Iklan
Jangan terpengaruh oleh iklan yang menyesatkan. Sebaik mutu atau 
sebersaing harga apapun barang atau jasa yang ditawarkan, bila hal 
itu memang bukan menjadi skala prioritas Anda, jangan dibeli!

Membandingkan Harga Produk yang Dibutuhkan 
Bahasa kerennya, `price competition' . Agak repot memang. Dalam hal 
ini kita harus bertanya, bisa juga keluar masuk toko, atau minimal 
mencari informasi untuk mendapatkan perbandingan harga produk yang 
kita cari. Tapi capek sedikit untuk berhemat tidak ada salahnya 
juga. Karena setelah itu, dilain waktu, Anda sudah tahu produk apa 
yang akan Anda beli sesuai dengan kualitas dan kebutuhan yang Anda 
inginkan. 

Mengerti Manfaat dan Fitur Barang 
Jangan membeli barang tetapi Anda sendiri tidak tahu kegunaan barang 
tersebut.

Efisiensi Total 
Anda harus melakukan efisiensi secara total terhadap pemakaian 
telepon, listrik, gas, air, pendingin udara dan lain sebagainya. 
Misalnya saja, tak perlu Anda menyalakan pendingin udara ketika 
malam hari.

Mengatur Mobilitas Sesuai Keperluan
Anda harus bisa mengatur mobilitas sesuai kebutuhan, mana kebutuhan 
untuk keluarga, mana kebutuhan untuk pekerjaan, mana kebutuhan untuk 
komunitas, dan mana kebutuhan untuk lingkungan sekitar. 

Mencari Penghasilan Tambahan 
Ada baiknya Anda juga memikirkan pekerjaan sambilan di luar 
pekerjaan tetap yang sudah Anda lakukan. Pekerjaan ini sebaiknya 
tidak mengganggu pekerjaan utama Anda. Bila mengganggu, tak usah 
Anda lakukan, karena bisa-bisa malah mengganggu karir Anda.

Jagalah Kesehatan
Kata orang, kekayaan yang paling berharga adalah tubuh yang sehat. 
Sehat tak dapat dibeli. Semua penghematan di atas itu haruslah bisa 
membuat kesehatan tetap terjaga dan prima. Nah, rugi dong, kalau 
dengan dalih ingin hemat, tetapi malah tubuh menjadi sakit. Oalah, 
sudah hidup semakin sulit seperti sekarang ini, eh duitnya malah 
dipakai berobat, cape deh. (210408)

Sumber: Bijak di Masa Sulit oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di 
Jakarta

No comments:

Post a Comment

Blogging, Tips, Trik, Free Software
DAPATKAN EBOOK GRATIS